Makalah Epistemologi Tasawuf


EPISTEMOLOGI TASAWUF 


PENDAHULUAN 

Selain kebebasan memilih, Tuhan juga memberikan kemampuan lain kepada manusia untuk menjalankan tugasnya sebagai khalifah. Kemampuan atau kecakapannya itu tak lain adalah kemampuannya dibidang ilmu pengetahuan.Tuhan berfirman, “Dia telah mengajarkan seluruh nama kepada Adam(as)” sebelum ia melaksanakan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi. Artinya manusia dibekali ilmu secara langsung oleh Dzat yang Mahamengetahui untuk menjalankan tugasnya sebagai khalifah dibumi.

Masalahnya, fitrah manusia itu juga dipengaruhi oleh hal-hal material yang ia pilih secara sadar selama hidupnya. Sehingga ada kemungkinan akan banyak hijab yang menghalanginya dari mengenal Allah sepenuhnya melalui ilmunya. Sehingga akhirnya kebutuhan akan wasilah untuk menuju ma’rifatullah-pun niscaya. Dari sinilah Tuhan “turun”kan Syari’at, dan sejalan dengan itu tasawuf berperan sebagai wasilah yang tujuannya adalah ma’rifatullah . Tasawuf juga bisa dikatakan sebagai pelengkap fiqh.

Kita bisa menarik kesimpulan, bahwa tasawuf ini berhubungan dengan masalah pembersihan dan pengolahan sisi batin diri manusia, yang meliputi nafs, aql,qalb, dan dzauq.Sisi tasawuf sebagai sarana mencapai ma’rifah atau sisi epistemologi tasawuf inilah yang akan menjadi acuan pembahasan dalam tulisan ini.

Baca : Empat Kompetensi Yang Harus Dimiliki Seorang Guru Profesional 


PEMBAHASAN 


A.Peran Hati dalam Tasawuf

[1]Dalam tradisi intelektual islam,hati ditempatkan sebagai salah satu sarana meraih ilmu.Istilah hati disebut berulang kali dalam Alquran dan hadis,yang biasanya disebut dengan kata qalb,al-fu’ad,atau af’idah.Dalam tradisi islam ,hati (qalb) merupakan subsistem jiwa manusia.Disebutkan bahwa dari segi fungsi, menurut Achmad Mubarok,qalb berfungsi sebagai “alat untuk memahami realitas dan nilai-nilai serta memutuskan suatu tindakan(Q.S.al-A’raf/7:179),”sehingga qalb menjadi identik dengan akal.

Sedangkan kondisi hati manusia bermacam-macam ,sebagian bersifat positif seperti hati yang bersih(qalb salim),hati yang bertobat(qalb munib),hati yang tenang(qalb muthma’in),hati yang menerima petunjuk (yahdi qalbih),dan hati yang takwa(taqwa al-qulub).Sebagian kondisi hati bersifat negatif seperti keras hati(ghaliz),hati yang berdosa (itsm al-qalbih),hati yang tersumbat (qulubuna ghalf),hati yang ingkar (qulubihim munkarah), dan hati yang kosong (af’idatihim hawa).Islam menghendaki manusia mencapai kualitas hati yang positif,dan menjauhi kualitas hati yang negatif

Mayoritas sufi menilai bahwa akal manusia tidak mampu mencapai hakikat Allah Swt., dan alquran menjelaskan bahwa kelemahan akal bisa ditutupi oleh hati yang damai.Hati sebagai sarana untuk menemukan ilmu lebih banyak dibahas oleh kaum sufi dalam berbagai karya mereka Al-Ghazali,telah membahas hakikat hati dalam Ihya’Ulum al-Din.Al-Ghazali menjelaskan bahwa hati (qalb) bermakna ganda.Pertama hati adalah “daging yang diletakkan dalam dada sebelah kiri.Dalam daging tersebut terdapat lubang,dan dalam lubang tersebut terdapat darah berwarna hitam yang menjadi sumber ruh.Hati semacam ini juga terdapat pada jasad binatang”.Kedua,”sesuatu yang halus, bersifat ketuhanan (rabbaniyah),ruhani(ruhaniyah),dan memiliki kaitan dengan ruh.Hati ini merupakan hakikat manusia”.Al –Ghazali memaknai qalb seperti ‘aql,yakni “yang mengetahui ilmu yaitu hati yang halus dan ilmu tentang hakikat-hakikat perkara.Akal adalah sifat ilmu dan terletak dihati,dan qalb berkaitan dengan ruh,yakni “tubuh yang halus dan sumbernya adalah lubang hati jasmani,lalu tersebar dengan perantaraan urat –urat yang merusak ke bagian jasad lain.”dan “yang halus dari manusia tempat mengerti dan mengetahui”.Jadi,qalb terdiri atas dua bentuk,yakni hati yang bersifat jasmani dan hati yang bersifat ruhani.

Menurut al-Ghazali,hati (qalb)mampu meraih ilmu tentang dan menyaksikan wujud-wujud spiritual .Menurutnya ,ketika manusia mengenal hatinya,maka ia mengenal dirinya,sehingga niscaya ia mengenal Allah Swt,dan mengenal sifat-sifat-Nya serta mampu menyikap segala sesuatu.Dan hati dapat meraih ilmu mengenai banyak hal manakala ia memiliki sifat-sifat Rabbaniyah dan hikamah.Menurut al-Ghazali ,seorang sufi dapat meraih ilmu mengenai banyak hal tanpa melalui proses belajar dan usaha ,melainkan dengan ketekunan dalam ibadah dan zuhud terhadap dunia.Menurutnya hati mampu meraih ilmu-ilmu yang diraih tanpa usaha dan dalil yang disebut ilham yang mucul dihati yang suci,meskipun tidak melalui proses belajar.Tingkatan tertinggi dalam ilham disebut wahyu yang diraih oleh para para nabi dan rasul melalui penyaksian terhadap malaikat sedangkan ilham diraih oleh para wali(sufi)melalui bisikan hati .Dengan demikia kesucian hati sebagai dampak dari ibadah dan Zuhud mampu mengantarkan manusia meraih ilmu dari Allah Swt secara langsung ysng disebut ilham.

B.Metode Tazkiyah al-Nafs

Kaum sufi meyakini bahwa akal manusia masih memiliki kelemahan,meskipun relatif sukses memberikan gambaran rsional terhadap dunia spritual.Contoh,akal tidak mampu menyaksikan realitas spritual ,atau merumuskan kosep ibadah yang diinginkan tuhan ,akan tetapi akal mampu memberikan bukti rasional bagi eksistensi tuhan dan alam malaikat ,atau merumuskan daya-daya psikologis manusia,dan membuktikan kepastian hari kiamat akan terjadi.Karena metode burhani tidak mampu membuat manusia untuk dapat menyaksikan (musyahaddah)realitas spritual ,maka dalam epistemologi islam dikenal dengan metode tazkiyah al-nafs atau ‘irfani yang dinilai sangat ampuh menutupi kelemahan metode burhani .Dalam epistemologi burhani ,masih ditemukan jarak antara objek yang dipikirkan dengan subjek yang memikirkan ,sedangkan dalam epistemologi ‘irfani,tidak ditemukan jarak tersebut ,karena telah terjadi persatuan antara objek yang dipikirkan dengan subjek yang memikirkan (ittihad al-aqil wa al-ma’qul).Kisah petualangan al-Ghajali yang meninggalkan mahzab kaum teolog (al-mutakallimin),mahzab Batiniah (al-bathiniyyah),dan mahzab filsafat rasional(al-falasifah) untuk beralih ke mahzab tasawuf (al-suffiyah)menjadi gambaran penting dari keutamaan hati dari akal.

Baca : Makalah Sistem Konstitusi

Keabsahan tazkiyah al-nafs (metode ‘irfani)diakui oleh kitab suci umat islam.Adapun keutamaan tazkiyah al-nafs menurut alquran bahwa pelakunya disebut sebagai orang-orang beruntung(Q.S.al-Syams/91:9; dan Q.S.al-A’la/87:14)dan orang-orang tersebut diberi pahala serta keabadian surgawi (Q.S.Thaha/20:6).Dengan demikian, metode irfani merupakan metode yang dikembangkan dari isyarat-isyarat wahyu ,metode para nabi dan rasul ,dan memberikan keberuntungan dunia dan akhirat kepada penggunanya.[2]Metode ‘irfani merupakan metode kaum sufi dalam islam yang mengandalkan aktivitas penyucian jiwa (tazkiyah al-nafs)untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt.,dan menilai bahwa ilmu hakiki hanya diraih dengan cara mendekatkan diri kepada sosok yang Maha Mengetahui (al-Alim),bukan dengan metode observasi dan eksperimen atau juga metode rasional.Penyucian jiwa dilakukan sebagai upaya untuk membentuk keharmonisan hubungan manusia dengan Allah ,manusia dengan sesama manusia dan manusia dengan lingkungan juga dengan dirinya sendiri.


PENUTUP 

Jiwa yang tersucikan merupakan jiwa-jiwa yang memiliki akhlak sesuai apa yang telah diajarkan dalam alquran dan hadis dan teladan utamanya Nabi Muhammad SAW.Dalam konteks islam, selalu ada kaitannya antara al quran dan akal yang mengantarkan seseorang pada kebenaran, karena keduanya saling berkaitan dan bekerjasama. Dengan demikian jelas, bahwa islam (al quran) menjunjung tinggi kemampuan akal, dengannya inovasi baru selalu muncul yang terangkum dalam kemajuan ilmu pengetahuan, akal tak dapat menyerap sesuatu dan pancaindera tak dapat memikirkan sesuatu, hanya bila keduanya bergabung akan timbullah pengetahuan.


Daftar Pustaka 

Anwar,Rosihon.2010.Akhlak Tasawuf.Bandung:CV.Pustaka Setia
Ja’far.2016.Gerbang Tasawuf.Medan:Perdana Publishing


[1]Ja’far ,Gerbang Tasawuf (Medan: Perdana Publishing,2016),hlm 34-43
2 Rosihon Anwar,Akhlak Tasawuf(Bandung:CV.Pustaka Setia ,2010),hlm 120

0 Response to "Makalah Epistemologi Tasawuf"

Post a Comment