Al-Gozali dan Teori Psikologi


AL-GAZALI DAN TEORI PSIKOLOGI 

A. Biografi Al-Ghazali 

Al-Ghazali (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali) dilahirkan di Thus, salah satu kota di Khurasan (Persia) pada pertengahan abad kelima Hijriyah (450 H/1058 M). Ia adalah salah seorang pemikir besar Islam yang dianugerahi gelar Hujjatul Islam (bukti kebenaran agama Islam) dan zain ad-din (perhiasan agama). Al-Ghazali meninggal di kota kelahirannya, Thus pada tanggal 14 Jumadil Akhir 505 H (19 Desember 1111 M). Al-Ghazali pertama-tama belajar agama di kota Thus, kemudian meneruskan di kota Jurjan, dan akhirnya di Naisabur pada Imam Juwaini sampai yang terakhir ini wafat pada tahun 478 H/1085 M.

B. Karya – karya Al-Ghazali 

Jika diklasifikasikan sesuai dengan dengan bidang ilmu pengetahuannya, antara lain : Teologi Islam (ilmu kalam), hukum Islam (fikih), tasawuf, filsafat, akhlak dan autobiografi. Sebagaian besar karangannya itu ditulis dalam bahasa Arab dan Persia. Kitab-kitab itu antara lain: 

1. karya imam al ghazali Bidang Teologi 

· Al-Munqidh min adh-Dhalal (penyelamat dari kesesatan) kitab ini merupakan sejarah perkembangan alam pikiran Al Ghazali sendiri dan merefleksikan sikapnya terhadap beberapa macam ilmu serta jalan mencapai Tuhan. 

· Al-Iqtishad fi al-I`tiqad (modernisasi dalam aqidah) 

· Al ikhtishos fi al ‘itishod (kesederhanaan dalam beri’tiqod) 

· Al-Risalah al-Qudsiyyah 

· Kitab al-Arba'in fi Ushul ad-Din 

· Mizan al-Amal 

· Ad-Durrah al-Fakhirah fi Kasyf Ulum al-Akhirah 


2. karya imam al ghazali Bidang Tasawuf 

· Ihya Ulumuddin (Kebangkitan Ilmu-Ilmu Agama), merupakan karyanya yang terkenal. menghidupkan kembali ilmu-ilmu agama). Kitab ini merupakan karyanya yang terbesar selama beberapa tahun ,dalam keadaan berpindah-pindah antara Damakus, Yerusalem, Hijaz, Dan Thus yang berisi panduan fiqh,tasawuf dan filsafat. 

· Kimiya as-Sa'adah (Kimia Kebahagiaan) 

· Misykah al-Anwar (The Niche of Lights /(lampu yang bersinar), kitab ini berisi pembahasan tentang akhlak dan tasawuf. 

· Minhaj al abidin (jalan mengabdikan diri terhadap Tuhan) 

· Akhlak al abros wa annajah min al asyhar (akhlak orang-orang baik dan kesalamatan dari kejahatan). 

· Al washit (yang pertengahan) . 

· Al wajiz (yang ringkas). 

· Az-zariyah ilaa’ makarim asy syahi’ah (jalan menuju syariat yang mulia) 


3. karya imam al ghazali Bidang Filsafat 

· Maqasid al-Falasifah (tujuan para filusuf), sebagai karangan yang pertama dan berisi masalah-masalah filsafat 

· Tahafut al-Falasifah, buku ini membahas kelemahan-kelemahan para filosof masa itu, yang kemudian ditanggapi oleh Ibnu Rusd dalam buku Tahafut al-Tahafut (The Incoherence of the Incoherence). 


4. karya imam al ghazali Bidang Fiqih 

· Al-Mushtasfa min `Ilm al-Ushul 

· Al mankhul minta’liqoh al ushul (pilihan yang tersaing dari noda-noda ushul fiqih). 

· Tahzib al ushul (elaborasi terhadap ilmu ushul fiqiha). 


5. karya imam al ghazali Bidang Logika 

· Mi`yar al-Ilm (The Standard Measure of Knowledge/ kriteria ilmu-ilmu). 

· al-Qistas al-Mustaqim (The Just Balance) 

· Mihakk al-Nazar fi al-Manthiq (The Touchstone of Proof in Logic) 

· Al-ma’arif al-aqliyah (pengetahuan yang nasional) 

· Assrar ilmu addin (rahasia ilmu agama) 

· Tarbiyatul aulad fi islam (pendidikan anak di dalam islam) 


C. Manusia dalam pandangan al-ghazali 

1. Jiwa Dalam Pandangan Al-Ghazali 

Ia membagi jiwa manusia tidak berbeda dengan pembagian yang ada pada Ibnu Sina. Ia membagi jiwa ke dalam tiga bagian; 

- jiwa vegetatif (Al-Nafs An-Nabatiyah). 

- jiwa sensitif (Al-Nafs Al-Hayawaniyah). 

- jiwa manusia (Al-Nafs Al-Insaniyyah). 

Pandangan tasawuf yang paling nampak dari Al-Ghazali adalah penempatan dzauq (intuisi) di atas akal yang diikuti oleh sikap Al-Faqr (kemiskinan), al-ju’ (lapar), al-khumul (lemah, lesu) dan Tawakkal (pasrah diri). Untuk memperbaiki jiwa, Al-Ghazali menganjurkan untuk ber-muhasabah al-nafs (koreksi diri) dan mencari kesalahan dirinya sebelum tidur malam (taubikh al-nafs). Meskipun koreksi diri dan mencari kejelekan diri telah diteorisasikan oleh Al-Ghazali, namun konsep tersebut terlihat sama dengan konsep pythagorenisme dan hermetisme 

2. Hakikat Manusia Dalam Pandangan Al-Ghazali 

Pemikiran Al-Ghazali tentang manusia tidak terlepas pula dengan pemikiran-pemikiran filosof klasik. Menurutnya, manusia memiliki identitas esensial dalam dirinya yang tidak akan berubah-ubah, yaitu An-Nafs (jiwa). An-nafs dalam pandangan Al-Ghazali adalah substansi manusia yang berdiri sendiri dan tidak membutuhkan tempat. ini menunjukkan bahwa esensi manusia bukanlah dilihat dari fisiknya. Sebab fisik tidak akan bisa berdiri sendiri tanpa An-Nafs. Dengan demikian, Al-Ghazali membuktikan adanya substansi immaterial yang disebut dengan an-nafs. 

3. Struktur Manusia 

Dalam diri manusia, Al-Ghazali membagi tiga bagian. Pertama, An-Nafs sebagai substansi manusia tidak bertempat dan berdiri sendiri. Kedua, Ar-Ruh sebagai panas alami (Al-Hararah Al-Ghariziyyah) yang mengalir pada pembulu-pembulu nadi, otot-otot dan syaraf. Sedangkan—Kedua—Al-Jism adalah bagian tubuh yang tersusun dari materi. namun, dalam pandangan Al-Ghazali, Al-Nafs tetap menjadi esensi manusia, bukan Al-Ruh. Karena Al-Ruh juga ada pada selain manusia. Al-ruh menyatu dengan Al-Jism, seakan ia mengalir dalam aliran-aliran darah pada Jism. Oleh karena itu Al-Jism tanpa Al-Ruh dan Al-Nafs adalah benda mati. 


Jiwa rasional memiliki dua daya. Al-‘amilat (Praktis) dan Al-‘Alimat (teoritis). Yang pertama berfungsi menggerakkan tubuh melalui daya-daya jiwa sensitif sesuai dengan tuntutan pengetahuan yang dicapai oleh teoritis. Jiwa teoritis menyampaikan gagasan-gagasan teori kepada akal praktis. 

akal teoriris memiliki empat kemampuan, yaitu : 

- al-hayulani (Akal Material). 

- al-‘aql bil malakat (Habitual Intellect) 

- al-‘aql bi al-af’al (Akal Aktual) 

- Al-Aql Al Mustafad (akal perolehan) 


D. Konsep Al-ghazali tentng kehidupan psikis 

al-Ghazali menjelaskan bahwa ilmu jiwa pada intinya difokuskan untuk mengarahkan tiga kekuatan dalam diri manusia, yakni 

1. kekuatan fikir, 

2. kekuatan syahwat dan 

3. kekuatan amarah. 

Maka jiwa yang sehat akan terwujud, jika ketiga kekuatan tersebut terarah dan terbina dengan baik 

- Fokus pertama adalah pembinaan kekuatan fikir. 

Dan terbinanya potensi fikir membuka manusia meraih hikmah. Dengan hikmah, manusia tidak lagi mencampuradukkan antara keimanan terhadap yang hak dan batil, antara perkataan yang benar dan dusta, antara perbuatan yang terpuji dan tercela, dst. Hikmah juga menjaga akal manusia agar tidak terjerumus kedalam limbah relativisme dan belantara purba sangka dalam berislam. 

- Yang kedua, fokus ilmu jiwa ditujukan pada pengendlian dan pengarahan kekuatan syahwat. 

Dengan terarahnya potensi ini, maka tercapailah kesederhanaan jiwa ('iffah). 'Iffah akan membentengi manusia dari perbuatan maksiat dan senantiasa mendorongnya untuk mendahulukan perilaku yang terpuji. Sedangkan fokus ketiga diarahkan untuk mengendalikan kekuatan amarah hingga tercapainya kesabaran (hilm) dan keberanian (syaja'ah). 

E. Arti Ruh,Nafs dan Akal menurut Imam Al-Ghazali 

Ø Ruh 

Berbicara tentang Ruh maka tidak bisa dilepaskan dari salah satu faktor pendukung yang tak kalah penting, yaitu Hati. 

- Pertama adalah hati sebagai salah satu organ tubuh berupa sepotong daging yang terdapat pada tiap – tiap makhluk hidup. 

- Kedua adalah makna hati (Qalb, kalbu) sebagai sesuatu yang tak kasat mata (Lathifah), tidak dapat diraba dan bersifat Rabbani ruhani, dia adalah bagian utama dari manusia yang berpotensi mencerap ( memiliki daya tanggap atau persepsi) untuk mengenal dan mengetahui yang di tujukan kepadanya segala pembicaraan dan penilaian, yang di kecam dan yang di mintai pertanggung jawaban, meskipun dua makna hati dia tas berbeda akan tetapi tetap memiliki keterkaintan seperti keterkaitan antara Aradh (sifat yg berubah ubah) dengan Jisim, 

Ø Nafs 

Kata Nafs mengandung beberapa makna ( jiwa, diri, nafsu, sukma, dsb). Namun yang berkaitan dalam pembahasan ini hanya ada dua makna saja 

1. “Hawa nafsu” yang selalu menyuruh kedalam kejahatan dan tindakan tidak terpuji 

2. Nafs sebagai jati diri manusia yang terpuji karena memiliki potensi untuk mengetahui tentang Allah dan segala sesuatu yang lain. 

Ø Akal 

Kata ini juga mengandung beberapa makna, akan tetapi dalam hal ini hanya akan kita bahas dua makna saja 

1. “pengetahuan yang berkaitan tentang hakikat segala sesuatu yang bertempat di dalam hati”. 

2. “bagian dari manusia yang menyerap kemampuan (sama seperti makna Hati diatas), seperti yang kita ketahui bahwa di dalam dir setiap orang ada semacam wadah untuk menampung pengetahuan, oleh karena itu kata akal kadang juga digunakan untuk menyebutkan tentang sifat yang melekat pada diri seseorang yang berpengetahuan. 


Nabi Muhamad SAW bersabda “yang pertama kali di ciptakan oleh Allah adalah akal”. Sebab pengetahuan bersifat ‘Aradh (aksiden) tidak dapat dibayangkan sebagai (makhluk) ciptaan yang pertama, tentunya wadahnya telah tercipta sebelumnya atau bersamaan dengannya.

0 Response to "Al-Gozali dan Teori Psikologi"

Post a Comment