Filsafat Pendidikan


PENDAHULUAN 

1. Latar Belakang 

Filsafat modern merupakan pembagian dalam sejarah filsafat barat pada abad ke-17 hingga awal abad ke-20, sekaligus menjadi tanda berakhirnya era skolastisisme. Zaman filsafat modern dimulai sejak munculnya rasionalisme lewat pemikiran Descartes, seorang filsuf terkemuka di zaman modern. Pada masa ini rasionalisme semakin kuat, sehingga tidak mudah menentukan mulai dari kapan filsafat abad pertengahan berhenti. Namun, dapat dikatakan bahwa abad pertengan itu berakhir pada abad 15 dan 16 atau pada akhir masa renaisance, yang ditandai dengan lahirnya masa modern.
Satu hal yang menjadi perhatian pada masa renaisance yaitu perkembangannya. Timbulnya ilmu pengetahuan yang modern, berdasarkan metode eksperimental dan matematis, menjadikan segala sesuatunya mengutamakan logika dan empirisme terutama bidang ilmu pengetahuan. Dari sudut pandang sejarah, pada masa ini filsafat barat menjadi perbincangan antar filsuf terkemuka. Setiap filsuf menampilkan argumentasinya dengan cara khas, dan tidak jarang mereka melemparkan kritik yang tegas, kasar, sinis dan pragmatis. Sejarah filsafat pada masa modern ini meliputi beberapa masa. 

Banyak orang pada masa sekarang tidak mengetahui apa itu filsafat, baik orang yang hidup di lingkungan pendidikan maupun yang jauh dari pendidikan, seperti dipedesaan maupun diperkotaan, walaupun sebenarnya mereka sudah melakukan filsafat dalam kehidupannya. Kita sering merenung, berfikir tentang hal yang harus kita capai apabila kita selesai kuliah nanti, dalam perenungan itu banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang muncul dan pilihan-pilihan alternatif jawaban dari setiap pertanyaan yang muncul tersebut. Apabila kita terus melakukan pencarian dari jawaban pertanyaan tadi dengan menggunakan berbagai metode sampai mendapatkan kebenarannya maka akan lahirlah sebuah pengetahuan untuk kita. 

Dari gambaran sederhana tadi dapat kita ketahui bahwa filsafat itu merupakan tindakan memikirkan, merenungkan segala sesuatu secara mendalam sampai keakar-akarnya. Semua yang kita kenal pada saat ini bukanlah terlahir brgitu saja tetapi hal itu terlahir dari pemikiran-pemikiran filsuf terdahulu dengan melakukan filsafat. Hal ini mendorong manusia untuk memikirkan kembali pengertian tentang kebenaran. Karena setiap terjadi perubahan akan berpengaruh terhadap sistem nilai yang berlaku, karena antara perubahan peradaban dengan cara berpikir manusia terdapat hubungan timbal balik. 


2. Rumusan Masalah 

1. Bagaimanakah sejarah filsafat ilmu ? 

2. Apa sajakah tujuan dan fungsi filsafat ilmu ? 

3. Apa sajakah dimensi kajian filsafat ilmu ? 

4. Apa sajakah ruang lingkup filsafat ilmu ? 

5. Apa sajakah pendekatan yang digunakan dalam filsafat ilmu ? 


3. Tujuan 

1. Mengetahui sejarah filsafat abad modern. 

2. Mengetahui tujuan dan fungsi filsafat ilmu. 

3. Mengetahui dimensi kajian filsafat ilmu. 

4. Mengetahui sajakah ruang lingkup filsafat ilmu. 

5. Mengetahui Pendekatan yang digunakan dalam filsafat ilmu. 


PEMBAHASAN 

A. SEJARAH FILSAFAT ILMU 

Berbicara asal muasal filsafat ilmu tentu tidak akan lepas dari filsafat yunani kuno dan aliran yan dianutnya, dimana perkembangan filsafat dimulai dari yunani dan filsafat yang tertua juga berasal dari yunani. Filsafat muncul ketika orang-orang mulai memikirkan dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia dan lingkungan disekitar mereka dan tidak menggantungkan diri kepada gama untuk mencari jawaban atas pertanyaan yang muncul. Orang yunani yang pertama diberi gelar filsuf adalah Thales dari Mileta, tetapi filsuf-filsuf yunani yang terbesar adalah Socrates, Plato dan Aristoteles. 

Perkembangan ilmu pengetahuan sekarang bukanlah muncul secar tiba-tiba tetapi melalui beberapa tahapan dan evolusi. Banyak literatur yang kita dapatkan mengatkan bahwa tonggak awal berkembangnya ilmu pengetahuan dalam sejarah peradaban manusia berasal dari yunani. Perkembangan ilmu ini dilatarbelakangi dengan perubahan paradigma dan pola pikir yang berkembang saat itu. Dengan paradigma ini, ilmu pengetahuan berkembang sangat pesat karena menjawab persoalan disekitarnya dengan rasio dan meninggalkan kepercayaan terhadap mitologi atau tahayul yang irrasional. Setelah kemajuan filsafat pada zaman Yunani yang begitu luar biasa, sejarah filsafat mencatat bahwa pada abad pertengahan (400-1500 M) filsafat berfungsi sebagai alat untuk pembenaran atau justifikasi ajaran agama (The philosophy as a hand maiden of theology). Sejauh filsafat bisa melayani teologi, ia bisa diterima. Namun, filsafat yang dianggap bertentangan dengan ajaran agama atau gereja, ditolak dan kebebasan berfikir pun dipangkas. 

Secara garis besar, periodeisasi sejarah perkembangan filsafat ilmu pengetahuan menjadi empat periode: pada zaman Yunani kuno, pada zaman Islam, pada zaman renaisans dan modern, dan pada zaman kontemporer. 

1. Zaman Yunani Kuno 

Yunani kuno sangat identik dengan filsafat. Ketika kata Yunani disebutkan, maka yang terbesit di pikiran para peminat kajian keilmuan bisa dipastikan adalah filsafat. Padahal filsafat dalam pengertian yang sederhana sudah ada jauh sebelum para filsuf klasik Yunani menekuni dan mengembangkannya. Filsafat di tangan mereka menjadi sesuatu yang sangat berharga bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada generasi-generasi setelahnya. Ia ibarat pembuka pintu-pintu aneka ragam disiplin ilmu yang pengaruhnya terasa hingga sekarang. 

Seiring dengan berkembangannya waktu, filsafat dijadikan sebagai landasan berfikir oleh bangsa Yunani untuk menggali ilmu pengetahuan. Karena itu, periode perkembangan filsafat Yunani merupakan entri poin untuk memasuki peradaban baru umat manusia. Inilah titik awal manusia menggunakan rasio untuk meneliti dan sekaligus mempertanyakan dirinya dan alam jagad raya. 

Periode setelah Socrates disebut dengan zaman keemasan kelimuan bangsa Yunani, karena pada zaman ini kajian-kajian kelimuan yang muncul adalah perpaduan antara filsafat alam dan filsafat tentang manusia. Tokoh yang sangat menonjol adalah Plato (429-347 SM), yang sekaligus murid Socrates. Plato, yang hidup di awal abad ke-4 SM adalah seorang filsuf earliest (paling tua) yang tulisan-tulisannya masih menghiasi dunia akademisi hingga saat ini. Karyanya Timaeus merupakan karya yang sangat berpengaruh di zaman sebelumnya, dalam karya ini ia membuat garis besar suatu kosmogoni yang meliputi teori musik yang ditinjau dari sudut perimbangan dan teori-teori fisika dan fisiologi yang diterima pada saat itu. Masa keemasan kelimuan bangsa Yunani terjadi pada masa Aristoteles (384-322 SM). Ia adalah murid Plato, walaupun ia tidak sepakat dengan gurunya mengenai soal-soal mendasar. Khususnya, ia menganggap matematika sebagai suatu abstraksi dari kenyataan ilmiah. Dan ia berhasil menemukan pemecahan persoalan-persoalan besar filsafat yang dipersatukannya dalam satu sistem: logika, matematika fisika, dan metafisika. Logika Aristoteles berdasarkan pada analisis bahasa yang disebut silogisme. 

2. Zaman Islam 

Islam sangat menghargai ilmu, ini terlihat sejak kemunculan agama Islam itu sendiri yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Dominasi para teolog pada masa ini mewarnai aktivitas ilmiah pergerakan ilmu pengetahuan. Hal ini dapat dilihat dari semboyan yang berlaku bagi ilmu pada masa itu adalah ancillla theologia atau abdi agama atau dengan kata lain, kegiatan ilmiah diarahkan untuk mendukung kebenaran agama. Agama Kristen menjadi problema kefilsafatan karena mengajarkan bahwa wahyu Tuhanlah yang merupakan kebenaran sejati. Inilah yang dianggap sebagai salah satu penyebab masa ini disebut dengan Abad gelap (dark age). Usaha-usaha menghidupkan kembali keilmuan hanya sesekali dilakukan oleh raja-raja besar seperti Alfred dan Charlemagne. 

Keilmuan berkembang pada zaman Islam klasik (650-1250 M). Keilmuan ini dipengaruhi oleh persepsi tentang bagaimana tingginya kedudukan akal seperti yang terdapat dalam al-Qur`an dan hadis. Persepsi ini bertemu dengan persepsi yang sama dari Yunani melalui filsafat dan sains Yunani yang berada di kota-kota pusat peradaban Yunani di Dunia Islam Zaman Klasik, seperti Alexandria (Mesir), Jundisyapur (Irak), Antakia (Syiria), dan Bactra (Persia). W. Montgomery Watt menambahkan lebih rinci bahwa ketika Irak, Syiria, dan Mesir diduduki oleh orang Arab pada abad ketujuh, ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani dikembangkan di berbagai pusat belajar. 

Pada zaman itu bangsa Arab juga menjadi pemimpin di bidang Ilmu Alam. Istilah zenith, nadir, dan azimut membuktikan hal itu. Angka yang masih dipakai sampai sekarang, yang berasal dari India telah dimasukkan ke Eropa oleh bangsa Arab. Sumbangan sarjana Islam dapat diklasifikasikan ke dalam tiga bidang yaitu: 

a. Menerjemahkan peninggalan bangsa Yunani dan menyebarluaskan sedemikian rupa, sehingga dapat dikenal dunia Barat seperti sekarang ini; 

b. Memperluas pengamatan dalam lapangan ilmu kedokteran, obat-obatan, astronomi, ilmu kimia, ilmu bumi, dan ilmu tumbuh-tumbuhan. 

c. Menegaskan sistem desimal dan dasar-dasar aljabar. 

3. Zaman Renaissance 

Memasuki masa renaisans, Otoritas Aristoteles tersisihkan oleh metode dan pandangan baru terhadap alam yang biasa disebut Copernicn Revolution yang dipelopori oleh sekolompok saintis antara lain Copernicus, Galileo Galilei dan Isaac Newton yang mengadakan pengamatan ilmiah serta metode-metode eksperimen atas dasar yang kuat. Pembicaraan tentang filsafat ilmu, ditandai dengan munculnya Roger Bacon, Bacon menanggapi bahwa ilmu sempurna tidak boleh mencari untung namun harus bersifat berpikir kritis. Menurutnya ilmu harus dipakai untuk memperkuat kemampuan manusia dibumi, dan ilmu-ilmu berkembang dan nyata dalam kehidupa manusia. 

Perkembangan ilmu pengetahuan modern yang berdasar pada metode ekdperimental dan matematis memasuki abad XVI mengakibatkan pandangan Aritotelian yang menguasai seluruh abad pertengahan akhirnya ditinggalkan. Bacon mengarang Novum Organom untuk menggantikan teori Aristoteles tentang ilmu pengetahuan dengan teori baru. Seluruh asas filsafatnya bersifat praktis yaitu menjadikan manusia menguasai alam melalui penemuan ilmiah. Menurut Bacon jiwa manusia yang berakal mempunyai kemampuan ingata, daya khayal, dan akal. Ketiga aspek tersebut merupakan dasar segala pengetahuan. 


Sebagai pelopor perkembangan filsafat ilmu pengetahuan, Roger Bacon juga menguraika tentang logika. Bacon menyusun logika dalam empat macam keterampilan yaitu bidang penemuan, bidang perumusan kesimpulan yang tepat, bidang mempeprtahankan apa yang sudah dimengerti dan bidang pengajaran. Bacon mengatakan logika yang digunakan sejak zaman aristoteles lebih merugikan daripada menguntungkan. 

Di abad ini muncul sejumlah tokoh yang pemikirannya erat kaitannya dengan perkembangan filsafat ilmu, antara lain William Whewel yang mendukung adanya intuisi, pertama-tama dalam ilmu pasti mengenai aksioma-aksioma (pernyataan yang dapat diterima sebagai kebenaran tanpa pembuktian) paling dasar. Auguste Comte menyatakan bahwa sejak zaman teologis dan metafisis sudah ada zama ilmu positif yang defenitif. Dalam hal ilmu positif Comte membedakan pengetauan menjadi enam macam ilmu, dari yang paling abstrak yaitu matematika, ilmu falak, fisika, kimia, ilmu hayat, dan sosiologi. Matematika dipandang sebagai ilmu deduktif, sedangkan ilmu lima lainnya dalam keadaan mendekati deduktif. Dalam hal ini Comte berusaha menadakan kesatuan antar ilmu pasti dan ilmu empiris. 

4. Zaman Kontemporer 

Filsafat kontemporer diawali pada awal abad ke-20, ditandai oleh variasi pemikiran filsafat yang sangat beragam dan kaya. Mulai dari analisis bahasa, kebudayaan, kritik sosial, metodologi (fenomenologi, heremeutika, strukturalisme), filsafat hidup (eksistensialisme), filsafat ilmu, sampai filsafat tentang perempuan (feminisme). Tema-tema yang banyak dibahas dalam oleh para filusuf dari periode ini antara lain tentang manusia dan bahasa manusia, ilmu manusia, dan isu-isu aktual yang berkaitan dengan budaya, sosial, poloitik, ekonomi, teknologi, moral, ilmu pengetahuan dan hak asasi manusia. 

Ciri lainnya adalah filsafat dewasa ini ditandai oleh profesionalisasi disiplin filsafat. Maksudnya, para filusuf bukan hanya profesional di bidangnya masing-masing, tetapi juga mereka telah membentuk komunitas-komunitas dan asosiasi-asosiasi profesional di bidang-bidang tertentu berdasarkan pada minat dan keahlian mereka masing-masing. Oleh sebab itu, profesionalisasi disiplin filsafat pun tampak dengan jelas dari munculnya jurnal-jurnal terkemuka dalam bidang filsafat. Ada cukup banyak jurnal filsafat, baik yang diterbitkan dalam bentuk cetak maupun elektronik. 

B. TUJUAN DAN FUNGSI FILSAFAT ILMU 

Filsafat ilmu merupakan salah satu cabang filsafat. Oleh karena itu, tujuan dan fungsi filsafat ilmu tidak dapat lepas dari tujuan dan fungsi filsafat itu sendiri. Berdasarkan dari beberapa pendapat tentang berbagai pengertian filsafat, maka tujuan umum filsafat adalah sebagai berikut : 

1. Dengan berfilsafat kita lebih memanusiakan diri, lebih mendidik dan membangun diri. 

2. Dapat mempertahankan sikap objektif dan mendasarkan pendapat atas pengetahuan yang objektif, tidak berdasarkan pertimbangan-pertimbangan simpati atau antipati saja. 

3. Mengajar dan melatih untuk berpandangan yang lebih luas. 

4. Dengan filsafat diharapkan menjadi manusia yang dapat berpikir secara kritis. 

Filsafat dengan fungsinya sebagai Mater Scientinarum (induk ilmu pengetahuan) berarti mencakup semua ilmu pengetahuan khusus. Fungsi filsafat ilmu adalah untuk memberikan landasan dalam memahami berbagai konsep dan teori disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Manfaat lain dalam mengkaji filsafat yaitu, 

1. Tidak terjebak dalam bahaya arogansi intelektual. 

2. Krisis terhadap aktivitas ilmu/keilmuan. 

3. Merefleksikan, menguji, mengkritik asumsi dan metode ilmu. 

4. Mempertanggungjawabka metode keilmuan secara logis dan rasional. 

5. Memecahkan masalah keilmuan secara cerdas dan valid. 

6. Berpikir sintetis- aplikatif. 


C. DIMENSI KAJIAN FILSAFAT ILMU 

Ketika membicarakan tahap-tahap perkembangan pengetahuan tercakup juga telaah filsafat yang menyangkut pertanyaan tentang hakikat ilmu. Dari segi ontologis, dalam hal ini menyangkut yang mempunyai eksistensi dalam dimensi ruang dan waktu serta terjangkau oleh pengalaman indra. Dengan demikain hal ini menyangkut fenomena yang dapat diobservasi, dapat diukur sehingga datanya dapat diolah. Dari segi epistemologi yaitu meliputi aspek normatif mencapai perolehan kebenaran pengetahuan secara ilmiah, disamping aspek prosedural, metode dan teknik memperoleh data empiris. Semuanya itu sering dikatakan sebagai metode ilmiah yang melippuri langkah-langkah pokok dan urutannya. 

Berikut ini akan digambarkan batasan kajian atau bidang garapan tahapan Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi. 

1. Ontologi 

Ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada atau ilmu tentang hakikat yang ada yang berbentuk jasmani maupun rohani. Berikut pembahasan mengenai aliran-aliran dalam ontologi : 

a. Monoisme 

Monoisme menganggap bahwa hakikat asal dari seluruh kenyataan hanya satu tidak mungkin dua, baik yang berupa materi maupun rohani. Paham ini dibagi menjadi dua aliran yaitu Materialisme dan Idealisme 

Aliran materialisme menganggap bahwa sumber yang asal itu adlah materi, bukan rohani. Aliran ini dipelopori oleh Bapak filsafat yaitu Thales, beliau berpendapat bahwa sumber asal adalah air karena pentingnya bagi kehidupan. Aliran ini sering disebut naturalisme, menurutnya bahwa zat mati merupakan kenyataan dan satu-satunya fakta. Yang ada hanyalah materi/alam sedangkan jiwa/roh tidak berdiri sendiri, tokoh aliran inilah Anaximander. Dia berpendapat bahwa unsur asal itu adalah udara dengan alasan bahwa udara merupakan sumber dari segala kehidupan. 

Idealisme diambil dari kata idea, yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Idealisme sebagai kebalikan dari materialisme yang dinamakan juga sebagai spiritualisme. Aliran idealisme beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam semua berasal dari roh atau sesuatu yang tidak berbentuk dan menempati ruang. 

Tokoh aliran idealisme diantaranya : 

Ø Plato , menurutnya setiap yang ada didalam alam harus ada idenya, yaitu konsep universal dari setiap segala sesuatu. 

Ø Aristoteles, sifat kerohanian dengan ajaran yang menggambarkan alam, ide itu sebagai sesuatu tenaga yang berada dalam benda-benda itu sendiri dan menjalankan pengaruhnya dari dalam benda itu. 

Ø George Barkeley, yang menyatakan bahwa objek-objek fisis adalah ide-ide. 

Ø Immanuel Kant, Fichte, Hegel, dan Schelling. 


b. Dualisme 

Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari 2 macam hakikat sebagai asal sumbernya yaitu hakiakt materi dan hakiakt rohani, benda dan roh, jasad dan spirit. Tokoh aliran ini adalah Descartes yang dianggap sebagai bapak filsafat modern. Ia menamakan kedua hakikat itu dengan istilah dunia kesadaran dan dunia ruang. 

c. Pluralisme 

Paham pluralisme berpandanagn bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan. Paham ini mneyatakan bahwa kenyataan alam ini tersusun dari banyak unsur. Tokoh aliran pada masa yunani kuno adalah Anaxagoras dan Empedocles yang menyatakan bahwa substansi yang ada terbentuk dan terdiri dari empat unsur yaitu tanah, air, api dan udara. 

Tokoh modern aliran ini adalah William James yang terkenal sebagai seorang psikolog dan filsuf Amerika. James, mengemukakan bahwa tiada kebenaran yang mutlak, berlaku umum, bersifat tetap, berdiri sendiri dan lepas dari akal. Apa yang kiata anggap benar sebelumnya dapat dikoreksi oleh pengalaman berikutnya. 

d. Nihilisme 

Doktrin tentang nihilisme sudah ada sejak zaman Yunani Kuno, tokohnya yaitu Gorgias yang memberikan tiga proporsi tentang realitas yaitu : tidak ada sesuatu apapun yang eksis, bila sesuatu itu ada ia tidak dapat diketahui dan sekalipun realitas itu dapat kita ketahui ia tidak akan dapat kita beritahukan kepada orang lain. Tokoh modern aliran ini daiantaranya : Ivan Turgeniev dan Friedrich Nietzsche. 

e. Agnotisisme 

Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda. Baik hakikat materi maupun rohani, aliran ini dapat kita ketahui dari filsafat Eksistensi dengan tokoh-tokohnya Soren Kierkegaar yang terkenal dengan julukan Bapak Filsafat Eksistensialisme, Martin Heidegger seorang filsuf Jerman, Jean Paul Searte seorang filsuf dan sastrawan Peranci yang atheis. 

2. Epistemologi 

Epistemologi dapat diartikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber, struktur, metode pengetahuan. Dalam filsafat terdapat objek material dan objek formal, objek material adalah meliputi hakiakt Tuhan hakiakt manusia dan hakikat alam. Sedangkan objek formal adalah usaha mencari keterangan secara radikal tentang objek material filsafat. 

Objek epistemologi ini berupa segenap proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuan. Proses untuk memperoleh pengetahuan ilmiah yang menjadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus mengantarkannnya mencapai tujuan, sebab sasaran itu merupakan suatu tahap pengantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan. 

Tujuan epistemologi dikatakan oleh Jacques Martain yaitu tujuan epistemologi bukanlah hal yang utama untuk menjawab pertanyaan, apakah saya dapat tahu, tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang memungkinkan saya dapat tahu. Hal ini menunjukkan bahwa tujuan epistemologi itu yaitu memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan. 

Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia. Suatu peradaban tentu dibentuk oleh teori penegathuannya. Epistemologi mengatur semua aspek studi manusia, dari filsafat ilmu murni sampai ilmu sosial. Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan teknologi, wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara karena didukung oleh penguasaan epistemologi. Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Demikian halnya dengan teknologi, kemajuan teknologi sebagai dampak dari pemanfaatan pengembangan dari epistemologi. 

Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk selalu berfikir dan berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru. Semua bentuk teknologi yang canggih adalah hasil dari pemikiran-pemikiran secara epistemologis, yaitu pemikiran yang berkisar tentang bagaimana cara mewujudkan sesuatu, perangkat-perangkat apa yang ahrus disediakan untuk mewujudkan sesuatu hal tersebut.


3. Aksiologi 

Aksiologi berkaitan dengan keginaan dari suatu ilmu, hakikat ilmu sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang didapat dan berguna untuk menjelaskan, meramalkan dan menganalisa gejala-gejala alam. Bramel membagi aksiologi kedalam tiga bentuk yaitu yang pertama tindakan moral, bidang ini menghasilkan disiplin khusus yakni etika. Kajian etika lebih fokus pada perilaku, norma dan adat istiadat manusia, tujuan dari etika agar manusia mengetahui dan mampu mempertangggungjawabkan apa yang ia lakukan. Bagian kedua dri aksiologi adalah ekspresi keindahan, bidang ini mengahasilkan keindahan. Estetika berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap lingkungannya dan fenomena sekelilingnya. Bagian ketiga dari aksiologi inilah kehidupan sosial politik yang menghasilakn filsafat sosio politik. 



D. RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU 

Lingkupan filsafat ilmu berkembang begitu pesat sehingga menjadi suatu bidang pengetahuan yang amat luas dan mendalam. Berikut mengenai ruang kingkup filsafat ilmu yang dikemukakan dalam Encyclopedia Britannica : 

1. Sifat dasar dan lingkupan filsafat ilmu dan hubungannya dengan cabang-cabang ilmu lain. 

2. Perkembangan Historis dari filsafat ilmu 

3. Unsur-Unsur Usaha Ilmiah 

a. Unsur-unsur empiris, konseptual dan formal serta tafsiran teoriitisnya. 

b. Prosedur empiris dari ilmu 

1) Pengukuran, teori dan masalah mengenai penentuan hubungan-hubungan kuantitaif. 

2) Perancangan percobaan, penerapan logika induktif dan asas-asas teoritis lainnya pada prosedur praktis. 

c. Penggolongan masalah taksonomi 

1) Struktur formal ilmu, masalah menyusun suatu analisis formal secara murni dari penyimpulan ilmiah dan perbedaan antara dalil ilmiah dan generalisasi empiris. 

2) Perubahan konseptual dan perkembangan ilmu, 

4. Prosedur dasar dari perkembanagan intelektual dari ilmu 

1) Penemuan ilmiah 

2) Pembuktian dan pembenaran dari konsep-konsep dan teori baru, pandangan bahwa keteraturan dan keseluruhan merupakan persyaratan penting dari suatu teori ilmiah. 

3) Penyatuan teori-teori dan konsep-konsep dari ilmu-ilmu yang terpisah , usaha menyusun suatu sistem aksiomatis bagi semua ilmu kealaman . 

5. Kedudukan filsafat dari teori ilmiah 

1) Kedudukan proporsi ilmiah dan konsep dari entitas atau pandangan-pandangan aneka ragam mengenai kedudukan epistemologi dari proporsi ilmiah dan mengenai kedudukan dari konsep ilmiah. 

2) Hubungan antara filsafat dan praktek ilmiah atau penerapan dari ajaran-ajaran filsafat yang berlainan pada ilmu-ilmu yang berbeda. 

6. Pentingnya pengetahuan ilmiah bagi bidang-bidang lain dari pengalaman dan persoalan manusia, kepentingan sosial dari ilmu dan sikap ilmiah, keterbatasan usaha manusia. 

7. Hubungan antar ilmu dan pengetahuan humaniora, persoalan tentang perbedaan anatara metodologi ilmiah dan metodologi humaniora. 


E. PENDEKATAN FILSAFAT ILMU 

Agar pembelajaran filsafat tidak hanya menjadi sejarah melainkan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari maka dapat dilakukan dengan memperkenalkan berbagai pendekatan yang digunakan dalam pengembangan filsafat. Secara garis besar ada empat pendekatan yang lazim dalam pendekatan filsafat yaitu : 1) Rasionalisme, 2) Empirisme dan Positivisme, 3) Rasionalisme Kritis dan 4) Kontruktivisme. 

1. Aliran Rasionalisme 

Pandangan aliran rasionalisme menekankan bahwa ilmu pengetahuan sering dihubungkan dengan akal. Dalam arti, rasionalisme berarti anggapan mengenai teori pengetahuan yang menekankan akal atau rasio untuk membentuk pengetahuan. Aliaran ini mengatakan mustahil untuk membentuk ilmu jika hanya berdasarrkan fakta, data empiris atau pengamatan. 

2. Aliran Empirisme Dan Positivisme 

Pandangan aliran empirisme memberi kelonggaran pada peranan data kenyataan untuk mengembangkan bahkan mengubah struktur ilmu pengetahuan, empirisme dalam filsafat ilmu selalu mencocokkan sistem ilmu dengan data empiris. Dalam membuat teori aliran empirisme selalu memuali dengan pengamatan atau observasi kemudian melahirkan hukum empiris selanjutnya dibangunlah suat teori. Karena ilmu pengetahuan selalu ada unsur rasionalismenya, aliran empirisme mengalami kesulitan dalam kaidah-kaidah logika dan matematikanya. Disinilah aliran positivisme digunakan untuk mengatasi masalah tersebut. 

3. Aliran Rasionalisme Kritis 

Aliran rasionalisme dan aliran empirisme termasuk positivisme termasuk aliran yang saling bertentangan. Pandangan rasionalisme kritis berupaya menghubungkan unsur rasional dan empiris dalam pengetahuan ilmiah. Dengan demikian, ilmu pengetahuan yang dibangun dari proses induktif harus selalau terbuka terhadap kritik. Ilmu pengetahuan tersebut terbuka untuk upaya pembuktian salah yang secara berkelanjuatan sehingga dapat lebih dikokohkan. 

Disamping hal tersebut, tititk suatu ilmu terletak pada melihat situasi permasalahan. Lewat proses trial and error dan error elimination, ilmu yang dikembangkan atas permasalahan tersebut dapat mendekati kebenaran. 

4. Aliran Kontruktivisme 

Pandangan aliran konstruktivisme yang menekankan pada sifat kontekstual ilmu pengetahuan, yaitu pentingnya seluruh pengalaman demi terjadinya suatu sistem ilmiah. Konteks dan ilmu dapat saling mempengaruhi. Apabila ilmu bertentangan dengan konteks atau pengalaman, maka tidak berarti bahwa ilmu tersebut runtuh. Dalam hal ini terjadi pertentangan dan ketidaksesuaian diperlukan pengalaman untuk memeperbaharui sistem ilmu tersebut. 


PENUTUP 

3.1 Kesimpulan 

1. Secara garis besar, periodeisasi sejarah perkembangan filsafat ilmu pengetahuan menjadi empat periode: pada zaman Yunani kuno, pada zaman Islam, pada zaman renaisans dan modern, dan pada zaman kontemporer. 

2. Tujuan umum filsafat adalah sebagai berikut : 

a. Dengan berfilsafat kita lebih memanusiakan diri, lebih mendidik dan membangun diri. 

b. Dapat mempertahankan sikap objektif dan mendasarkan pendapat atas pengetahuan yang objektif, tidak berdasarkan pertimbangan-pertimbangan simpati atau antipati saja. 

c. Mengajar dan melatih untuk berpandangan yang lebih luas. 

d. Dengan filsafat diharapkan menjadi manusia yang dapat berpikir secara kritis. 

3. Kajian atau bidang garapan tahapan filsafat ilmu adalah Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi. 

4. Berikut mengenai ruang kingkup filsafat ilmu yang dikemukakan dalam Encyclopedia Britannica : 

a. Sifat dasar dan lingkupan filsafat ilmu dan hubungannya dengan cabang-cabang ilmu lain. 

b. Perkembangan Historis dari filsafat ilmu 

c. Unsur-Unsur Usaha Ilmiah 

d. Prosedur dasar dari perkembanagan intelektual dari ilmu 

e. Pentingnya pengetahuan ilmiah bagi bidang-bidang lain dari pengalaman dan persoalan manusia, kepentingan sosial dari ilmu dan sikap ilmiah, keterbatasan usaha manusia. 

f. Hubungan antar ilmu dan pengetahuan humaniora, persoalan tentang perbedaan anatara metodologi ilmiah dan metodologi humaniora 

g. Kedudukan filsafat dari teori ilmiah 

5. Secara garis besar ada empat pendekatan yang lazim dalam pendekatan filsafat yaitu : 1) Rasionalisme, 2) Empirisme dan Positivisme, 3) Rasionalisme Kritis dan 4) Kontruktivisme. 



DAFTAR PUSTAKA 


Ismaun. 2001. Filsafat Ilmu. Bandung : Terbitan Khusus 

Jalaluddinn dan Abdulllah Idi. 1997. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Gaya Media Pratama 

Muhadjir, Noeng. 2001. Filsafat Ilmu: Positivisme, Post Positivisme dan Post Modernisme. Yogyakarta : Rake Sarasin 

Salam, Burhanuddin. 2000. Sejarah Filsafat Ilmu dan Teknologi. Bandung: Rineka Cipta

0 Response to "Filsafat Pendidikan"

Post a Comment