Landasan Psikologi Pendidikan


PENDAHULUAN 

1.1 Latar Belakang 

Dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa di berbagai aspek kehidupan manusia, maka salah satu alat untuk mencapai tujuan tersebut ialah pendidikn. Melalui kegiatan pendidikan di lembaga formal, non formal, informal dan non formal pndidikan, pengajaran, pelatihan, dan bimbingan dari pendidik dalam mentransfer nilai-nilai kepada peserta didik.
Pendidikan sebagai alat untuk mencerdaskan peserta didik dan kehidupan bangsa tidak sekedar dilakukan begitu saja oleh pendidik tau orang dewasa lainnya di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat melainkan dilakukan secara sadar dan terencana dengan menerapkan kaidah dan prinsip-prinsip psikologi dalam mendidik peserta didik. Oleh karena itu pengetahuan tentang psikologis dalam pendidikan harus diketahui, dipahami, dan diterapkan oleh para pendidik dan orang dewasa lainnya dalam proses mendidik peserta didik. 

1.2 Rumusan Masalah 

1. Apa pengertian landasan psikologi pendidikan? 

2. Apa pentingnya landasan psikologi pendidikan bagi pendidik? 

3. Bagaimanakah konsep-konsep psikologi? 

4. Bagaimanakah konsep konsep perkembangan? 

5. Bagaimanakah implikasi konsep perkembangan? 

6. Apa pentingnya teori belajar bagi pendidik? 

7. Apa pengertian teori belajar kognitif dan implikasinya? 


1.3 Tujuan Masalah 

1. Mengetahui dan memahami landasan psikologi pendidikan 

2. Mengetahui dan memahami pentingnya landasan psikologi 

3. Mengetahui dan memahami konsep-konsep psikologi 

4. Mengetahui dan memahami konsep-konsep perkembangan 

5. Mengetahui dan memahami implikasi dari konsep perkembangan 

6. Mengetahui dan memahi pentingnya teori belajar bagi pendidik 

7. Mengetahui dan memahami teori belajar kognitif dan implikasinya 



PEMBAHASAN 


2.1 Pengertian Landasan Psikologi Pendidikan 

1. Pengertian Psikologi 

a. Secara harafiah (Syah, 1997 / hal. 7) 

Berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata yaitu : psyche dan logos.Psyche berarti jiwa dan logos berarti ilmu. Jadi, psikologi berarti ilmu jiwa. 

b. Syah (1997 / hal.9) membuat kesimpulan tentang pengertian psikologi dari beberapa definisi di atas, dimana psikologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan membahas tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia, baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Lingkungan dalam hal ini meliputi semua orang, barang, keadaan dan kejadian yang ada di sekitar manusia. 

Jadi, pengertian psikologi dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang prilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. 

2. Pengertian Pendidikan 

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Syah, 1997 / hal.10) 

Pendidikan berasal dari kata “didik”, yang mendapat awal me sehingga menjadi “mendidik” artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan, dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. 

a. Poerbakawatja dan Harahap (Syah, 1997 / hal. 11) 

Pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya. 

Maka pengertiannya pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku atau kelompok orang dalam usaha mencerdaskan manusia melalui usaha pengajaran dan pelatihan. 

3. Pengertian Psikologi Pendidikan 

a. Barlow (Syah, 1997 / hal. 12) 

Psikologi pendidikan adalah sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologis yang menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu anda melaksanakan tugas-tugas seorang guru dalam proses belajar mengajar secara efektif. 

b. Witherington (Buchori dalam Syah, 1997 / hal. 13) 

Psikologi pendidikan sebagai “ A systematic study of process and factors involved in the education of human being.Psikologi pendidikan adalah studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia. 

Jadi, pengertian psikologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang behubungan dengana pendidikan manusia yang tujuannya mengembangkan dan meningkatkan ke efisien didalam pendidikan. 


2.2 Pentingnya Landasan psikologi Pendidikan bagi Pendidik 

Landasan psikologi pendidikan merupakan salah satu landasan yang penting dalam pelaksanaan pendidikan karena keberhasilan pendidik dalam menjalankan tugasnya sangat dipengaruhi oleh pemahamannya tentang peserta didik. Oleh karena itu pendidik harus mengetahui apa yang harus dilakukan kepada peserta didik dalam setiap tahap perkembangan yang berbeda dari bayi hingga dewasa 

Keadaan anak yang tadinya belum dewasa hingga menjadi dewasa berarti mengalami perubahan,karena dibimbing, dan kegiatan bimbingan merupakan usaha atau kegiatan berinteraksi antara pendidik,anak didik dan lingkungan. Perubahan tersebut adalah merupakan gejala yang timbul secara psikologis. Di dalam hubungan inilah kiranya pendidik harus mampu memahami perubahan yang terjadi pada diri individu, baik perkembangan maupun pertumbuhannya. Atas dasar itu pula pendidik perlu memahamilandasan pendidikan dari sudut psikologis. 

Dengan demikian, psikologi adalah salah satu landasan pokok dari pendidikan. Antara psikologi dengan pendidikan merupakan satu kesatuan yang sangat sulit dipisahkan. Subyek dan obyek pendidikan adalahmanusia, sedangkan psikologi menelaah gejala-gejala psikologis dari manusia. Dengan demikian keduanya menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan. 

Dalam proses dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pendidikan peranan psikologi menjadi sangat mutlak. Analisis psikologi akan membantu para pendidik memahami struktur psikologis anak didik dan kegiatan-kegiatannya, sehingga kita dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan pendidikan secara efektif. 

Lumsdaine (dalam Miarso, 2009: 111) berpendapat bahwa ilmu perilaku, khususnya teori belajar, merupakan ilmu yang utama untuk mengembangkan teknologi pembelajaran. Bahkan Deterline (dalam Miarso, 2009: 111) menyatakan bahwa teknologi pembelajaran merupakan aplikasi teknologi perilaku yaitu untuk menghasilkan perilaku tertentu secara sistematik guna keperluan pembelajaran. 

Tujuan perilaku perlu ditetapkan terlebih dahulu sebelum mengembangkan pembelajaran agar dapat dijadikan bukti bahwa seseorang telah belajar. Tujuan perilaku ini merupakan ciri yang harus ada dalam setiap model pengembangan pembelajaran yang merupakan salah satu bentuk konsepsi teknologi pendidikan. 

Pada akhir abad ke-19 ada dua aliran psikologi belajaryang sangat menonjol, yakni aliran behavioristik dan aliran kognitif atau teori komprehensif. Kedua aliran tersebut besar sekali pengaruhnya terhadap teori pengajaran. Bahkan bias dikatakan hampir semua pengajaran yang dilaksanakan saat ini dihasilkan dari kedua aliran psikologi belajar tersebut (Sudjana, 2008: 36) 

Ada tiga teori belajar aliran behavioristik yang paling terkenal, yaitu : 

1) Teori koneksionisme (E. L. Thorndike) 

Thorndike pada tahun 1901 dengan teori psikologi perkembangannya merupakan landasan pertama ke arah teknologi pembelajaran yang menyatakan tiga dalil utama : 

a) Dalil latihan dan ulangan: makin sering diulang respons yang berasal dari stimulus tertentu, makin besar kemungkinan dicamkan. 

b) Dalil akibat: menyatakan prinsip hubungan senang tidak senang. Respons akan diperkuat bilamana diikuti oleh rasa senang, dan akan diperlemah bila diikuti rasa tidak senang. 

c) Dalil kesiapan: karena perkembangan sistem syaraf maka unit perilaku tertentu akan lebih mudah dilakukan, dibandingkan dengan unit perilaku lain. 

Menurut Saettler, kontribusi Thorndike dalam teknologi pembelajaran adalah dengan rumusannya tentang pinsip-prinsip, yaitu: aktivitas diri, minat atau motivasi, kesiapan mental, individualisasi, dan sosialisasi. 

Prinsip yang dikemukakan oleh Thorndike ini memang masih banyak dianut hingga kini, terutama dalam menentukan strategi belajar dan merancang produk pembelajaran. 


2) Teori kondisioning klasikal (Ivan Pavlov) 

Teori kondisioning klasikal berpendapat bahwa tingkah laku dibentuk melalui pengaturan dan manipulasi stimulus dalam lingkungan. Proses pembentukan tingkah laku tersebut disebut proses pengkondisian. Dalam teori kondisioning klasikal, memberikan pancingan dan dorongan stimulus belajar merupakan factor penting agar dapat menimbulkan respons sehingga terjadi proses perubahan tingkah laku. 


3) Teori kondisioning operan (B. F. Skinner) 

Seperti halnya kelompok penganut psikologi modern, Skinner mengadakan pendekatan behavioristik untuk menerangkan tingkah laku. B.F. Skinner berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model instruksi langsung dan meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning. Di mana seorang dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan relatif besar. Dalam beberapa hal, pelaksanaannya jauh lebih fleksibel daripada conditioning klasik. Gaya mengajar guru dilakukan dengan beberapa pengantar dari guru secara searah dan dikontrol guru melalui pengulangan dan latihan. 


Menajemen Kelas menurut Skinner adalah berupa usaha untuk memodifikasi perilaku antara lain dengan proses penguatan yaitu memberi penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun pada perilaku yanag tidak tepat. Operant Conditioning adalah suatu proses perilaku operant ( penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan 

Berdasarkan berbagai percobaannya pada tikus dan burung merpati Skinner mengatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. Bentuk bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan. Bentuk bentuk penguatan negatif antara lain menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang. 


2.3 Konsep-konsep Psikologi 

A. Sejarah, Definisi dan Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan 

Psikologi pendidikan pada prinsipnya merupakan cabang dari psikologi. Psikologi sendiri merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa inggris, yaitu “psychology “, yang berarti roh, jiwa yang hidup, dan “ logos ” yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah ” psychology ” berarti “ ilmu jiwa “. 

Berkaitan dengan makna harfiah psikologi perlu dijelaskan apakah sama antara psikologi dengan makna “ ilmu jiwa dengan istilah Ilmu jiwa sendiri. arti kata kedua istilah itu berdasarkan isinya sebenarnya sama, namun secara jelas akan dilihat perbedaannya sehingga tidak salah dalam penggunaannya. Adapun perbedaanya kita lihat yaitu: 
Ilmu jiwa merupakan istilah dalam bahasa Indonesia sehari-hari dan dipahami setiap orang sehingga kita pun menggunakannya dalam arti yang luas karena masyarakat telah memahaminya. Sedangkan istilah psikologi merupakan suatu istilah ilmu pengetahuan yang bersifat ilmiah sehingga kita menggunakannya untuk merujuk kepada pengetahuan ilmu jiwa yang bercorak ilmiah 
Ilmu jiwa digunakan dalam arti yang lebih luas dari pada istilah psikologi. Ilmu jiwa meliputi segala pemikiran, pengetahuan, tanggapan, dan juga segala khayalan dan spekulasi mengenai jiwa itu. Psikologi meliputi ilmu pengetahuan mengenai jiwa yang diperoleh secara sistematis dengan metode-metode ilmiah yang memenuhi syarat-syarat sebagaimana yang disepakati oleh para sarjana psikologi masa kini. Istilah ilmi jiwa merujuk pada ilmu jiwa pada umumnya. Sedangkan istilah psikologi merujuk pada ilmun jiwa yang ilmiah yang menurut norma ilmiah modern. 

Untuk membedakannya secara jelas dapat dilihat contoh berikut: Apabila kita memperoleh kesan-kesan umum mengenai kecakapan dan sifat-sifat kepribadian seseorang , kita sebenarnya sudah melakukan kegiatan ilmu jiwa. Akan tetapi, kegiatan tersebut baru kita sebut kegiatan psikologi apabila cara-cara mengumpulkan keterangan mengenai kecakapan dan dan sifat-sifat kepribadian seseorang dilengkapi dengan metode yang objektif, seperti tes-tes yang distandarisasi dan dengan wawncara serta observasi yang teratur dilakukan dengan sengaja oleh orang yang terlatih (gerungan,2004:1). 

Istilah psikologi yang berarti ilmu jiwa sejak dahulu tidak pernah dijumpai kata sepakat. Sejak zaman yunani kuno, para filosof yunani kuno telah beruha mempelajari jiwa, namun pandangan mereka satu sama lain berbeda. Plato misalnya, mengatakan bahwa jiwa adalah ide, hipocrates berpendapat jiwa adalah karakter, sedangkan aristoteles mengartikan jiwa sebagai fungsi pengingat. Kemudian pada abad ke-17, rene Descartes, filosof prancis, berpendapat bahwa jiwa adalah akal atau kesadaran.george Berkeley, filosof inggris yang hidup di akhir abad ke-17, menyatakan bahwa jiwa adalah persepsi, sementara itu, jhon locke, filosof inggris lainnya, beranggapan bahwa jiwa adalah “ kumpulan ide yang disatukan melalui asosiasi.” (sarwono dalam desmita,2005:1) 

Gagasan psikologi untuk memisahkan diri dari induknya ilmu filsafat pertama kali dikemukan oleh seorang fisiolog (dokter) Wihelm wundt pada tahun 1987. Dia pula yang pertama kali mendirikan laboratarium sendiri untuk melakukan ekperimen. Dan berdasarkan eksperimennnya objek studinya bukan lagi hal yang bersifat abstrak seperti filsafat, tetapi juga bukan reflex seperti ilmmu faal melainkan tingkah laku yang bisa dipelajari secara objektif. Sejak zaman Wundt inilah psikologi mulai dipandang sebagai ilmu yang berdiri sendiri. Objek materialnya adalah gejala-gejala tingkah laku manusia, baik yang tampak maupun yang tidak tampak, yang dapata diamati dan diukur secara lansung. 

Sebagai suatu disipllin ilmu pengetahuan yang otonom, psikologi kemudian mempunyai aliran-aliran dan cabang-cabang, Karena terdapat perbedaan lapangan yang dipelajari. Dari sekian banyak cabang itu yang akan dipelajari adalah psikologi pendidikan. Psikologi pendidikan merupakan bagian dari psikologi khusus, yang menguraikan dan menyelidiki kegiatan-kegiatan manusia dalam situasi pendidikan, situasi belajar, dan lain-lain. 

Woolfolk dalam (rackhmat dkk, 2006:2) menjelaskan bahwa educational psychology is distinct from other branches of psychology because it has the understanding and improvement education as its primary goal.memahami pendidikan yang dimaksud adalah memahami perilaku semua yang terllibat dalam proses pendidikan serta berbagai hal yang akan mempengaruhi perilakku individu dalam proses pendidikan. Terlingkup didalamnya perilaku peserta didik, guru, kepala sekolah, bangunan, pakaian, nuansa akademik, budaya, keyakinan yang dianut oleh lingkungan sekitar, dan sebagainya. 

Psikologi pendidikan merupakan suatu disiplin ilmu yang peduli dengan proses pembelajaran serta penerapan metoda dan teori-teori psikologi dalam proses pendidikan. Woolfol (1995:11) menegaskan educational psychology:the discipline corcerned with teaching and learning processes; applies the method and theories of psychology and has its own as well. Pembelajaran yang dimaksud merupakan proses edukatif yang melibatkan pendidik dan peserta didik sebagai pelaku utamanya. Pendidik berperan berperan sebagai fasilitator terjadinya perkembangan peserta didik dan peserta didik merupaka subjek pembelajaran yang sedang mengembangkan dirinya. Dalam interaksi antara pendidik dan peserta didik terjadi saling mempengaruhi, terutama pengaruh pendidik terhadap perkembangan peserta didik. Dalam kerangka pendidikan ini, pendidik berupaya memilih metode pembelajaran yang tepat, yakni yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. 

Psikologi pendidikan berkembang dan sesuatu yang mesti dipelajari bagi calon pendidik, sangat berkaitan dengan kondisi pendidikan sebelumnya. Selama ini pendidikan tidak memperhatikan kondisi peserta didik, tidak memperhatikan minat dan bakat peserta didik. Guru seolah sebagai penguasa dan menganggap peserta adalah ibarat botol kosong yang akan diisi air, akhirnya yang terjadi adalah pendidikan hanya dalam bentuk transfer knowledge saja. Dengan adanya psikologi pendidikan diharapkan akan lahir pendidikan yang humanistis yang memahmi peserta didik sesuai dengan keberadaanya. 


B. Ruang Lingkup psikologi Pendidikan 

Karena psikologi pendidikan merupakan ilmu yang memusatkan perhatiannya pada penemuan dan apllikasi prinsip-prinsip dan tekhnik –tekhnik psikologi ke dalam pendidikan maka ruang lingkup psikologi pendidikan meiputi topik-topik psikologi yang erat hubungannya dengan pendidikan. 

Crow & Crow (Rachmat dkk,2006:3) secara ekspilist mengemukakan psikologi pendidikan sebagai ilmu terapan berusaha untuk menerangkan masalah belajar menurut prinsip-prinsip dan fakta –fakta mengenai tingkah laku manusia yang telah ditentukan secara ilmiah. Sejalan dengan pendapat itu Crow & crow mengemukakan bahwa data yang dicoba didapatkan oleh psikologi pendidikan , antara lain: 
Sejauh mana Faktor-faktor pembawaan dan lingkungan yang berpengaruh terhadap belajar 
Sifat- sifat dari proses belajar 
Hubungan antara tingkat kematangan dengan dengan kesiapan belajar 
Signifikansi pendidikan terhadap perbedaan-perbedaan individual dalam kecepatan dan keterbatasan belajar 
Perubahan-perubahan jiwa yang terjadi selama dalam belajar 
Hubungan antara prosedur-prosedur mengajar dengan hasil belajar 
Tekhnik-tekhnik yang efektif bagi penilaian kemauan belajar 
Pengaruh/akibat relative dari pendidikan formal disbanding dengan pengalaman – pengalaman belajar yang incidental dan informal terhadap suatu individu 
Nilai/mamfaat sikap ilmiah terhadap pendidikan bagi personil sekolah 
Akibat /pengaruh psikologis yang ditimbulkan oleh kondisi-kondisi sosiologis terhadap sikap siswa. 

Seluruh kegaiatan interaksi pendidikan diciptakan bagi kepentingan siswa, yaitu embantu penngembangan semua potensi dan kecakapan yang dimiliki setingi-tingginya. Sehubungan dengan hal itu maka hal-hala yang berkaitan dengan perkembangan, potensi dan kecakapan, dinamika perilaku serta kegiatan siswa terutama perilaku belajar menjadi kajian utama dalam psikologi pendidikan. 

Soemanto (2006:9) dalam pengamatannya tentang buku psikologi pendidikan, menyatakan bahwa ruang lingkup psikologi pendidika adalah: 
Pengetahuan tentang psikologi pendidikan 
Pentingnya psikologi pendidikan 
Hereditas 
Lingkungan fisiologis 
Pertumbuhan dan perkembangan 
Sifat dan hakikat kejiwaan manusia 
Proses-proses tingkah laku 
Hakikat dan ruang lingkup belajar 
Factor-faktor yang mempengaruhi belajar 
Prinsip-prinsip dan teori-teori belajar 
Tekhnik-tekhnik pengukuran dan evaluasi 
Statistic dasar 
Kesehatan mental 
Pendidikan watak 
Apabila psikologi pendidikan dalam metodologi pengajaran moderen 


C. Manfaat Psikologi Pendidikan Bagi Pendidik 

Para ahli psikologi pendidikan pada umumnya berkeyakinan bahwa dua orang anak (yang kembar sekalipun ) tidak pernah memiliki respons yang sama persis terhadap situasi belajar- mengajar di sekolah. Keduannya sangat mungkin berbeda dalam hal pembawaan, kematangan, jasmani, intelegensi, dan keterampilan motoriknya. Anak-anak itu seperti anak- anak yang lainnya, relative berbeda dalam kepribadian sebagaimana tampak dalam penampilan dan cara berpikir atau memecahkan masalah mereka masing-masing. 

Berikut adalah hal-hala penting yang berkaitan dengan psikologi pendidikan (syah,1995). 
Psikologi pendidikan adalah pengetahuan yang pendidikan yang didasarkan atas hasil-hasil temuan riset psikologis. 
Hasil-hasil temuan riset psikologi pendidikan tersebeetu kemudian dirumuskan sedemikian rupa sehingga menjadi konsep-konsep, teori-teori, dan metode-metode serta strategi-strategi yang utuh. 
Konsep, teori, metode dan strategi tersebut kemudian disistematisasikan sedemikian rupa menjadi” repertoire of resource”, yakni rangkaian sumber yang berisi pendekatan yang dipilih dan diginakan untuk praktik-praktik kependidikan khusus nya dalam proses belajar-mengajar. 

Para ahli psikologi melekukan riset tingkah laku manusia berdasarkan metodologi ilmiah. Mereka menarik kesimpulan dan merumuskan teori-teori dan asumsi-asumsi berdasarkan temuan riset ilmiah itu namun harus diakui antara satu teori dengan teori yang lainnya sering muncul pertentangan dan ketidakajegan. 

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa psikologi pendidikan merupakan alat bantu yang penting bagi para penyelenggara pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Prinsip-prinsip yang terkandung dalam psikologi pendidikan dapat dijadikan landasan berpikir dan bertindak dalam mengelola proses belejar-mengajar. 

Setidak-tidaknya ada 10 macam kegiatan pendidikan yang banyak memerlukan prinnsip-prinsip psikologis, yakni:1) seleksi penerimanaan siswa baru; 2) perencanaan pendidikan; 3) penyusunan kurikulum; 4) penellitian kependidikan; 5) administrasi pendidikan ; 6) pemilihan materi pelajaran; 7) interaksi belajar mengajar; 8) pelayanan bimbingan dan konseling; 10) pengukuran dan evaluasi 

Guru yang memiliki kompetensi dalam pespektif psikologi pendidikan adalah mereka yang mampu melaksnakan psofesinya secara bertanggung jawa. Adapun guru yang bertannggung jawab adalah guru-guru yang mampu mengelola proses belajar mengajar sebaik-sebaiknya sesuai dengan psinsip-prinsip psikologis. Berikut adalah beberapa hal yang dapat diambil sebagai mamfat psikologi pendidikan. 

a) Proses perkembangan siswa 

Di kalangan para guru dan orang tua siswa terkadang timbul pertanyaan apakah perbedaan usia antara siswa satu dengan yang lainnya membuat perbedaan sunstansial dalam merespon pengajaran. Pertanyaan ini perlu dicari jawabannya melalui pemahaman tentang t ahapan-tahapan perkembangan siswa dan cirri-ciri khas yang mengiringi tahapan perkembangan tersebut. 

Tahapan perkembangan yang lebih perlu dipahami sebagai bahan pertimbangan pokok dalam penyelenggaraan proses belajar-mengajar adalah tahapan-tahapan perkembangan yang berhubungan dengan perkembanngan ranah kognitif para siswa. Unsure kogintif dengan segala vvariasinya dan keunikannya merupakan modal dasar para siswa dalam menjalani proses belajar-mengajar. 

b) Cara belajar siswa 

Dimanapun proses pendidikan berlansung alas an utama kehadiran guru adalah membantu siswa agar belajar sebaik-sebaiknya.pengetahuan anda yang pokok adalah mengenai proses belajar mengajar tersebut yang meliputi: 1) arti penting belajar, 2) teori-teori belajar, 3) hubungan belajar dengan teori dan pengetahuan; dan 4) fase-fase yang dilalui siswa dalam peristiwa belajar. Disamping itu yang tak kalah penting untuk diketahui adalah pendekatan belajar, kesulitan belajar dan alternative proses mengajar. 

c) Cara menghubungkan antara mengajar dengan belajar 

Secara singkat mengajar adalah kegiatan menyampaikan materi pelajaran, melatih keterampilan dan menanamkan nilai moral yang terkandung dalam materi pelajaran tersebut kepada siswa, agar kegiatan mengajar ini diterima oleh para siswa, guru perlu berusaha membagkitkan gairah dan minat belajar mereka. Dalam hal ini sangat diharapkan paada calon guru untuk memahami model-model mengajar, metode-metode mengajar dan strategi yang dapat diterapkan dalam saat proses belajar mengajar berlansung. 

d) Pengambilan kepuutusan untuk pengelolaan PBM 

Dalam mengelola sebuah proses belajar mengajar, seoranng guru di tuntut untuk menjadi figure sentral yang kuat dan berwibawa, namun tetap bersahabat (syah,1995). Untuk memenuhihal tersebut anda diituntut mampu menempatkan diri sebagai pengambil keputusan atau pembuat keputusan yang penuh perhitungan untung rugi berdasarkan kajian psikologis. 

Agar pengelolaan PBM mencapai sukses, seorang guru hendaknya memandang dirinya sendirisebagai profesianal. Sehingga perilaku yang ditampilkan guru bersangkutan dapat terarah sesuai dengan karakteristik seorang professional. Berikut dikemukakakkan hambatan-hambatan pengambilan keputusan yang dialami seorang guru dalam proses belajar mengajar (syah,1995) 
Kurangnya kesadaran guru terhadap masalah-masalah belajar yang mungkin sedang dihadapi oleh para siswa 
Kesetiaan terhadap gagasan lama yang sebenarnya sudah diberlakukan lagi 
Kurangnya sumber-sumber informasi yang diperlukan 
Ketidak cermatan observasi terhadap situasi belajar mengajar 


2.4 Konsep-konsep Perkembangan 

1. Definisi dan Prinsip Perkembangan 

Perkembangan adalah proses terjadinya perubahan pada manusia baik secara fisik maupun secara mental sejak berada di dalam kandungan sampai manusia tersebut meninggal. Proses perkembangan pada manusia terjadi dikarenakan manusia mengalami kematangan dan proses belajar dari waktu ke waktu. 

Kematangan adalah perubahan yang terjadi pada individu dikarenakan adanya pertumbuhan fisik dan biologis, misalnya seorang anak yang beranjak dewasa akan mengalami perubahan fisik dan mentalnya. 

Sedangkan belajar adalah proses yang berkesinambungan dari sebuah pengalaman yang akan membuat individu berubah dari tidak tahu menjadi tahu (kognitif), dari tidak mau menjadi mau (afektif) dan dari tidak bisa menjadi bisa (psikomotorik), misalnya seorang anak yang belajar mengendarai sepeda akan terlebih dahulu diberi pengarahan oleh orang tuanya lalu anak tersebut mencoba untuk mengendarai sepeda hingga menjadi bisa. 

Proses kematangan dan belajar akan sangat menentukan kesiapan belajar pada seseorang, misalnya seseorang yang proses kematangan dan belajarnya baik akan memiliki kesiapan belajar yang jauh lebih baik dengan seseorang yang proses kematangan dan belajarnya buruk. 

Manusia dalam perkembangannya mengalami perubahan dalam berbagai aspek yang ada pada manusia dan aspek-aspek tersebut saling berhubungan dan berkaitan. Aspek-aspek dalam perkembangan tersebut diantaranya adalah aspek fisik, mental, emosional, dan sosial 

Semua manusia pasti akan mengalami perkembangan dengan tingkat perkembangan yang berbeda, ada yang berkembang dengan cepat dan ada pula yang berkembang dengan lambat. Namun demikian dalam proses perkembangan terdapat nilai-nilai universal yang dimiliki oleh semua orang yaitu prinsip perkembangan . 

Prinsip perkembangan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: 

a. Perkembangan terjadi terus menerus hingga manusia meninggal dunia. 

b. Kecepatan perkembangan setiap individu berbeda-beda 

c. Semua aspek perkembangan saling berkaitan dan berhubungan satu 

sama lainnya 

d. Arah perkembangan individu dapat diprediksi 

e. Perkembangan terjadi secara bertahap dan tiap tahapan mempunyai 

karakteristik tertentu. 

2. Pengaruh Hereditas dan Lingkungan Terhadap Perkembangan Individu 

a) Nativisme 

Teori nativisme adalah teori yang berasumsi bahwa setiap individu dilahirkan kedunia dengan membawa faktor-faktor turunan dari orang tuanya dan faktor tersebut yang menjadi faktor penentu perkembangan individu. 

Tokoh teori ini adalah Schoupenhauer dan Arnold Gessel, implikasi teori nativisme terhadap pendidikan yaitu kurang memberikan kemungkinan bagi pendidik untuk mengubah kepribadian peserta didik. 

b) Empiris 

Teori empiris adalah teori yang berasumsi bahwa setiap individu yang terlahir ke dunia adalah dalam kaeadaan bersih sedangkan faktor penentu perkembangan individu tersebut adalah lingkungan dan pengalaman. Tokoh teori ini adalah John Lock dan J.B. Watson 

Implikasinya teori empirisme terhadap pendidikan yaitu dapat memberikan kemungkinan sepenuhnya bagi pendidik untuk dapat membentuk kepribadian peserta didik. 

c) Konvergensi 

Teori konvergensi adalah teori yang berasumsi bahwa perkembangan individu ditentukan oleh faktor keturunan dan faktor lingkungan serta pengalaman, atau dengan kata lain teori ini adalah gabungan dari teori empiris dan teori konvergensi. Tokoh teori ini adalah Wiliam Stern dan Robert J Havighurst. 

Implikasi teori konvergensi terhadap pendidikan yaitu dapat memberikan kemungkinan kepada pendidik untuk membentuk kepribadian individu sesuai yang diharapkan akan tetapi tetapa memperhatikan faktor-faktor hereditas yang ada pada individu. 

2.5 Implikasi Konsep Perkembangan 

Asumsi bahwa anak adalah orang dewasa dalam skala kecil (anak adalah orang dewasa mini) telah ditinggalkan orang sejak lama, sebagaimana kita maklumi bahwa masa anak-anak adalah suatu tahap yang berbeda dengan orang dewasa. Anak menjadi dewasa melalui suatu proses pertumbuhan bertahap mengenai keadaan fisik, social, emosional, moral dan mentalnya. Seraya mereka berkembang, mereka mempunyai cara-cara memahami bereaksi, dan mempresepsi yang sesuai dengan usianya. Inilah yang oleh ahli psikologi disebut tahap perkembangan. 

Robert Havighurst (dalam http://www.idonbiu.com/2009/04/teori-perkembangan-kognitif-piaget.html) membagi perkembangan individu menjadi 4 tahap, yaitu masa bayi dan masa kanak-kanak kecil (0-6 tahun), masa kanak-kanak (6-12 tahun), masa remaja atau adolesen (12-18 tahun), dan masa dewasa (18- …tahun), selain itu havighurst mendeskripsikan tugas-tugas perkembangan (development task) yang harus diselesaikan pada setiap tahap perkembangan sebagai berikut : 

1) Tugas perkembangan Masa Bayi dan Kanak-kanak kecil ( 0-6 tahun ) 

1. Belajar berjalan 

2. Belajar makan makanan yang padat 

3. Belajar berbicara/berkata-kata 

4. Belajar mengontrol pembuangan kotoran tubuh 

5. Belajar tentang perbedaan kelamin dan kesopanan / kelakuan yang sesuai dengan jenis kelaminnya 

6. Mencapai stabilitas fisiologis / jasmaniah 

7. Pembentukan konsep sederhana tentang kenyataan social dan kenyataan fisik 

8. Belajar berhubungan diri secara emosional dengan orang tua saudara dan orang lain 

9. Belajar membedakan yang benar dan yang salah dan pengembangan kesadaran diri / kata hati 

2) Tugas perkembangan masa kanak-kanak ( 6-12 tahun ): 

1. Belajar keterampilan fisik yang perlu untuk permainan sehari-hari 

2. Pembentukan kesatuan sikap terhadap dirinya sebagai suatu organism yang tumbuh 

3. Belajar bermain dengan teman-teman lainnya 

4. Belajar memahami peranan-peranan kepriaan dan kewanitaan 

5. Pengembangan kemahiran dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung 

6. Pengembangan konsep-konsep yang perlu untuk kehidupan sehari-hari 

7. Pengembangan kesadaran diri moralitas, dan suatu skala nilai-nilai 

8. Pengembangan kebebasan pribadi 

9. Pengembangan sikap-sikap terhadap kelompok social dan lembaga 

3) Tugas perkembangan masa Remaja / Adolesen ( 12-18 ): 

1. Mencapai peranan social dan hubungan yang lebih matang sebagai laki-laki / perempuan serta kebebasan emosional orang tua 

2. Memperoleh jaminan kebebasan ekonomi dengan memilih dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan 

3. Mempersiapkan diri untuk keluarga 

4. Mengembangkan kecakapan intelektual serta tingkah laku yang bertanggung jawab dalam masyarakat 

4) Tugas perkembangan pada masa Dewasa (18 – ….) 

1. Masa dewasa awal : 

a. Memilih pasangan hidup dan belajar hidup bersama 

b. Memulai berkeluarga 

c. Mulai menduduki suatu jabatan / pekerjaan 


2. Masa dewasa tengah umur : 

a. Mencapai tanggung jawab social dan warga Negara yang dewasa 

b. Membantu anak belasan tahun menjadi dewasa 

c. Menghubungkan diri sendiri kepada suami/isteri sebagai suatu pribadi 

d. Menyesuaikan diri kepada orang tua yang semakin tua 

5) Tugas perkembangan Usia Lanjut : 

1. Menyesuaikan diri pada kekuatan dan kesehatan jasmani 

2. Menyesuaikan diri pada saat pension dan pendapatan yang semakin berkurang 

3. Menyesuaikan diri terhadap kematian, terutama banyak beribadah 

Dari uraian di atas, seorang pendidik dalam proses pebelajarannya harus memperhatikan tugas perkembangan pada setiap masa perkembangan anak. Dimulai dari perencanaan pembalajaran yang akan dilaksanakan sampai dengan penilaian akhir serta evaluasi pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari pemahaman akan tugas perkembangan peserta didik pada setiap masa perkembangannya. 

1. Implikasi Perkembangan Individu terhadap perlakuan Pendidik ( Orang Dewasa ) yang diharapkan 

Sebagaimana dikemukakan Yelon dan Weinstei (dalam http :// www.idonbiu.com/ 2009/ 04 / teori-perkembangan-kognitif-piaget.html), implikasi perkembangan individu terhadap perlakuan pendidik ( orang dewasa ) yang diharapkan dalam rangka membantu menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya adalah sebagai berikut : 

a. Perlakuan pendidik ( orang dewasa ) yang diharapkan bagi perkembangan peserta didik pada masa kanak-kanak kecil : 

1. Menyelenggarakan disiplin secara lemah lembut secara konsisten 

2. Menjaga keselamatan tanpa perlindungan yang berlebihan 

3. Bercakap-cakap dan memberikan respon terhadap perkataan peserta didik 

4. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif dan bereksplorasi 

5. Menghargai hal-hal yang dapat dikerjakan peserta didik 

b. Perlakuan pendidik ( orang dewasa ) yang diharapkan bagi perkembangan peserta didik pada masa prasekolah : 

1. Memberikan tanggung jawab dan kebebasan kepada peserta didik secara berangsur-angsur dan terus menerus 

2. Latihan harus ditekankan pada koordinasi: kecepatan, mengarahkan keseimbangan dsb. 

3. Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peserta didik 

4. Menyediakan benda-benda untuk diekplorasi 

5. Memberikan kesempatan untuk berinteraksi ssosial dan kerja kelompok kecil 

6. Menggunakan program aktif, seperti ; bernyanyi dengan bergerak, dll. 

7. Memperbanyak aktivitas berbahasa seperti bercerita, mengklasifikasikan, diskusi masalah, dan membuat aturan-aturan. 

c. Perlakuan pendidik (orang dewasa) yang diharapkan bagi perkembangan peserta didik pada masa kanak-kanak: 

1. Menerima kebutuhan-kebutuhan akan kebebasan anak; dan menambah tanggung jawab anak. 

2. Mendorong pertemanan dengan menggunakan projek-projek dan permainan kelompok 

3. Membangkitkan rasa ingin tahu 

4. Secara konsisten mengupayakan disiplin yang tegas dan dapat dipahami 

5. Menghadapkan anak pada gagasan-gagasan dan pandangan-pandangana baru 

6. Bersaama-sama menciptakan aturan dan kejujuran 

7. Memberikan contoh model hubungan social 

8. terbuka terhadap kritik 

d. Perlakuan pendidik (orang dewasa) yang diharapkan bagi perkembangan peserta didik pada masa remaja awal : 

1. Memberikan kesempatan berolahraga secara tim dan perorangan, tetapi tidak mengutamakan tenaga fisik yang besar. 

2. Menerima makin dewasanya peserta didik 

3. Memberikan tanggung jawab secara berangsur-angsur 

4. Mendorong kebebasan dan tanggung jawab. 

e. Perlakuan pendidik ( orang dewasa) yang diharapkan bagi perkembangan peserta didik pada masa remaja akhir : 

1. Menghargai pandangan-pandangan pessrta didik 

2. Menerima kematangan peserta didik 

3. Memberikan kesempatan luas kepada peserta didik untuk berolahraga dan bekerja secara cermat 

4. Memberikan kesempatan yang luas untuk pendidikan karir 

5. Menggunakan kerjasama kelompok untuk memecahkan masalah 

6. Bekreasi bersama dan bersa-sama menegakan berbagai aturan. 


2.6 Pentingnya Teori Belajar 

Teori belajar dan pembelajaran sangatlah penting dalam pelaksanaan pendidikan. Teori belajar itu sendiri adalah sekumpulan dalil yang berkaitan secara sistematis yang menetapkan kaitan sebab akibat diantara variabel yang saling bergantung agar terjadi suatu perubahan tingkah laku yang relatif permanen dalam jangka waktu yang cukup lama sebagai hasil dari latihan atau pengalaman. 

Kriteria teori yang ideal yaitu formal, akurat, konsisten secara internal, dan memiliki cakupan yang luas mengenai pembelajaran dan motivasi. Teori ideal ini mengandung variabel-variabel perantara yang dinyatakan secara eksplisit. Variabel-variabelnya jauh lebih kognitif dibandingkan pada teori-teori terdahulu. Namun teori tersebut juga terkait dengan topik perkembangan yang menjelaskan bagaimana manusia berfungsi seperti apa yang dilakukan. 

Secara umum teori belajar dikelompokkan menjadi empat aliran, yaitu teori behavioristik, teori kognitif, teori konstruktivisme, dan teori humanisme: 

1. Teori Belajar Behavioritik 

Teori belajar behavioristik merupakan teori belajar yang berdasarkan atas perilaku. Teori belajar ini dikembangkan atas dasar perubahan perilaku individu yang diberikan stimulus tertentu. Riset pada teori ini umumnya dilakukan pada binatang. Binatang percobaan diberikan stimulus dan kemudian memperhatikan respon yang diberikan atas perbedaan perlakuan. Ada banyak tokoh pendidikan yang mengembangkan teori ini dan melakukan riset pada binatang. Beberapa contoh teori behavioristik ini adalah: 

a. Teori Koneksionisme dari Edward L. Thorndike 

b. Teori classical Conditioning dari Ivan Pavlov 

c. Teori Operant Conditioning dari B. F . Skinner, dan lain-lain 

2. Teori belajar Kognitif 

Teori belajar kognitif bertujuan untuk mengkonstruksi prinsip-prinsip belajar secara ilmiah yang diterapkan ke situasi kelas dengan menghasilkan prosedur untuk mendapatkan hasil yang paling baik. Teori belajar kognitif menjelaskan bahwa belajar bukan sebatas Stimulus respon, melainkan bagaimana pengetahuan itu dipahami. Teori belajar kognitif menjelaskan tentang bagaimana orang belajar mencapai pemahaman atas dirinya dan lingkungan untuk mencapai tujuan atau disebut insight. Teori ini dikembangkan berdasarkan perilaku, cita-cita, cara-cara seseorang dan bagaimana ia memahami diri dan lingkungannya untuk mencapai tujuan yang diinginkan 


3. Teori Belajar Humanistik 

Teori belajar humanistic, merupakan teori yang berbeda dengan teori behaviorisme yang melakukan berbagai percobaan tentang belajar pada binatang. Teori ini dikembangkan atas asumsi bahwa manusia berbeda dengan binatang, binatang bisa saja dapat memberi respon berdasarkan stimulus yang diberikan. Tapi beda hal nya dengan manusia, belajar tidak sebatas itu, karena manusia punya akal dan pikiran yang ikut mempengaruhi proses belajarnya. Karena setiap informasi akan diproses di otak dan manusia menentukan tindakan/respon apa yang akan ia tempilkan berdasarkan pemahaman dan keinginannya. Setiap manuasia punya IQ, EQ, dan SQ. Inilah yang akan mengontrol tindakan manusia, manusia tidak bisa diatur begitu saja. Dari teori ini maka lahir beberapa teori yang mendukung teori iniu, yaitu: 

4. Teori Konstruktivistik 

Tonstruktivistik menekankan agar individu secara aktif menyusun dan membangun pengetahuan dan pemahaman. Konstruktivisme dikembang luas oleh Jean Piaget, ia dikenal sebagai seorang psikolog yang pada akhirnya lebih tertarik pada filsafat konstruktivisme dalam proses belajar teori Konstruktivisme. 

Setiap teori pembelajaranmempunyaikelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda.Masing-masing teori menekankan aspek tertentu dalam proses pembelajaran yang perlu kita pertimbangkan. Namun, pada dasarnya setiap teori pembelajaran memiliki tujuan yang sama yaitu mewujudkan pendidikan yang mampu mencetak peserta didik agar dapat bersaing dan terus mengikuti perkembangan zaman. 

Dalam menerapkan teori belajar, terkadang guru menggunakan lebih dari satu teori belajar dalam proses pembelajaran. Walaupun memang pada dasarnya tidak ada teori belajar yang terbaik. Tinggal bagaimana kita bisa menentukan teori mana yang cocok dan bisa melaksanakan pembelajaran dengan baik sesuai dengan keadaan peserta didik. 

Pendidikan, bukanlah melulu penerapan teori-teori belajar. Namun, ketepatan memilih metode dan pendekatan sangat penting dalam pendidikan.Oleh karena itu, guru harus menggunakan metode dan pendekatan pembelajaran yang tidak hanya menarik, tetapi juga memberikan ruang bagi peserta didik untuk berkreatifitas dan terlibat secara aktif sepanjang proses pembelajaran. Sehingga aspek-aspek yang ada dalam diri peserta didik dapat dikembangkan secara optimal. 


2.7 Teori Belajar Kognitif dan implikasinya 

Jerome Bruner dan Jean Piaget adalah dua orang tokoh teori belajar Kognitif. Teorinya didasarkan pada asumsi bahwa: (1) individu mempunyai kemampuan memproses informasi. (2) kemampuan memproses informasi tergantung kepada faktor kognitif yang perkembangannya berlangsung secara bertahap sejalan dengan tahapan usianya. (3) belajar adalah proses internal yang kompleks berupa pemrosesan informasi; (4) hasil belajar adalah berupa perubahan struktur kognitif; (3) cara belajar pada anak-anak dan orang dewasa berbeda sesuai tahap perkembangannya. Berkenaan dengan ini, coba Anda ingat-ingat kembali teori tahap-tahap perkembanagan kognitif dari Jean Piagetdan Jerome Bruner yang telah Anda pelajari. 

Piaget mengemukakan, bahwa setiap makhluk hidup perlu beradaptasi dan mengorganisasi lingkungan fisik di sekitarnya agar tetap hidup. Bagi piaget pikiran dan tubuh juga terkena aturan main yang sama. Oleh karena itu, ia berpikir bahwa perkembangan pemikiran juga mirip dengan perkembangan biologis, yaitu beradaptasi dengan dan mengorganisasi lingkungannya. Menurut Piaget (1971) bahwa teori pengetahuan itu pada dasarnya adalah teori adaptasi pikiran ke dalam suatu realitas, seperti organisme beradaptasi ke dalam lingkungan. 

Sebagaimana dijelaskan Paul Suparno (1997), Piaget berpendapat bahwa pikiran manusia mempunyai struktur yang disebut skema atau skemata. Skema adalah suatu struktur mental atau kognitif yang dengannya seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya. Skemata itu akan beradaptasi dan berubah selama perkembangan mental anak. Orang dewasa mempunyai banyaak skema. Skema ini digunakan untuk memproses dan mengidentifikasi rangsangan yang datang. Anak yang baru lahir memiliki sedikit skema, yang dalam perkembangannya kemudian menjadi lebih umum, lebih terperinci dan lebih lengkap. 

Adaptasi intelektual manusia dilakukan dengan dua cara, yaitu melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep, ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada di dalam pikirannya. Asimilasi dapat dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan yang baru ke dalam skema yang telah ada. Proses asimilasi ini berjalan terus. 

Apabila seseorang tidak dapat mengasimilasikan rangsangan atau pengalaman yang baru karena sama sekali tidak cocok dengan skema yang ada dalam pikirannya, maka orang itu akan melakukan akomodasi, yaitu: (1) membentuk skema baru yang dapat cocok dengan rangsangan atau pengalaman baru itu, atau (2) memodifikasi skema yang ada sehingga cocok dengan rangsangan atau pengalaman baru itu. Skema adalah hasil suatu konstruksi, sebab itu skema bukan tiruan dari kenyataan dunia yang ada. 

Dalam perkembangan kognitif seseorang diperlukan keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Proses atau keadaan itu disebut equilibrium , yaitu pengaturan diri secara mekanis untuk mengatur keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi. Apabila asimilasi dan akomodasi tidak seimbang, keadaan itu disebut disequilibrium. Sedangkan proses dari disequilibrium ke equilibrium disebut equilibration. Equilibration terus berlangsung pada diri seseorang melalui asimilasi dan akomodasi. Equilibration membuat seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya (skemata). Bila terjadi ketidakseimbangan maka seseorang dipacu untuk mencari keseimbangan dengan jalan asimilasi dan akomodasi. 

Menurut Piaget, skema berkembang sejalan dengan tahap-tahap perkembangan mental/kognitif individu. Jadi secara konseptual bahwa perkembangan kognitif berjalan dalam semua tahap perkembangan pemikiran seseorang sejak lahir sampai dewasa. Pengetahuan dibentuk oleh individu secara terus menerus. Demikianlah bahwa Piaget tergolong ahli psikologi kognitif yang menganut filsafat konstruktivisme. 

Yelon dan Weinstein (1977) mengidentifikasi implikasi konsep-konsep teori belajar Kognitif terhadap pendidikan. Implikasi yang dimaksud adalah sebagai berikut: 


1. Individualisasi: perlakuan individu didasarkan pada tingkat perkembangan kognitif peserta didik. 

2. Motivasi: bersifat intrinsik yang timbul berdasarkan pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik. 

3. Metodologi: menggunakan kurikulum dan metode-metode yang berfungsi mengembangkan keterampilan dasar berpikir. 

4. Tujuan Kurikuler: difokuskan untuk mengembangkan keseluruhan kemampuan sensori motor, bahasa, kognitif, adapun interaksi sosial merupakan cara/alat untuk mengembangkan intelegensi. 

5. Bentuk pengelolaan kelas: berpusat pada peserta didik; guru hendaknya berperan untukmembimbing siswa dalam belajar, bereksplorasi dan discovery. 

6. Usaha mengefektifkan mengajar: dengan cara mengutamakan program program pendidikan berupa pengetahuan-pengetahuan yang terpadu, adapun konsep-konsep dan keterampilan harus disusun secara hierarkhis. 

7. Partisipasi peserta didik: peserta didik dituntut berpartisipasi aktif untuk mengembangkan kognitif, peserta didik belajar dengan bekerja. 

8. Kegiatan belajar peserta didik: mengutamakan belajar melalui tilikan (insight learning) dan pemahaman. 

9. Tujuan umum: mengembangkan kemampuan atau fungsi-fungsi kognitif secara optimal dan kemampuan menggunakan kecerdasan secara bijaksana. 


PENUTUP 

3.1 Kesimpulan 

1. Landasan Psikologi dalam pendidikan adalah suatu landasan dalam proses pendidikan yang membahas berbagai informasi tentang kehidupan manusia pada umumnya serta gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi manusia pada setiap tahapan usia perkembangan tertentu untuk mengenali dan menyikapi manusia sesuai dengan tahapan usia perkembangannya yang bertujuan untuk memudahkan proses pendidikan. 

2. Landasan psikologi pendidikan merupakan salah satu landasan yang penting dalam pelaksanaan pendidikan karena keberhasilan pendidik dalam menjalankan tugasnya sangat dipengaruhi oleh pemahamannya tentang peserta didik. Oleh karena itu pendidik harus mengetahui apa yang harus dilakukan kepada peserta didik dalam setiap tahap perkembangan yang berbeda dari bayi hingga dewasa 


3. Implikasi landasan psikologi dalam pendidikan adalah: 

a. Seorang pendidik dalam proses pebelajarannya memberikan kemungkinan untuk membentuk kepribadian individu sesuai yang diharapkan akan tetapi tetap memperhatikan faktor-faktor hereditas yang ada pada individu. 

b. Seorang pendidik dalam proses pebelajarannya harus memperhatikan tugas perkembangan pada setiap masa perkembangan anak. 

4. Teori belajar merupakan cara cara-cara yang digunakan untuk memperoleh perubahan tingkah laku seseorang yang relatif permanen, baik berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai akibat pengalaman. 

5. Ada 4 jenis teori belajar, yaitu: 

a. Teori belajar Behavioristik 

b. Teori Belajar Kognitif 

c. Teori Belajar Humanistik 

d. Teori belajar Konstruktivistik 

0 Response to "Landasan Psikologi Pendidikan"

Post a Comment